Selasa, 02 Juni 2009

Wisata Alam Tahura Ir. H. Djuanda



Bosan dengan suasana kota yang ramai dan sumpek di akhir minggu? Anda pastinya akan mencari suasana yang berbeda dengan hari kerja. Suasana pegunungan ynag tenang dan sejuk mungkin menjadi pilihan sebagian besar dari anda. Nah, jika anda berkesempatan ke Kota Bandung pada akhir minggu dan mendambakan suasana seperti itu, maka datanglah ke Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda.

Tahura yang dikonsepkan menjadi daerah konservasi alam ini berada sekitar ± 7 km di sebelah utara Kota Bandung. Tahura terhampar luas mulai dari kawasan Dago Pakar hingga kawasan Lembang dan Maribaya. Sesuai dengan namanya, Tahura ini memberikan efek yang sama ketika kita berada di Kebun Raya Bogor, yang berbeda adalah pohon-pohon di Tahura tidak sebesar-besar di Kebun Raya Bogor. Di Tahura kita juga akan menjumpai beberapa tempat yang memberikan pengalaman berbeda-beda, karena kita bisa menjumpai arena bermain, gua, hingga air terjun. Jika diurut dari awal, tempat-tempat yang bisa kita kunjungi di taman hutan seluas ± 600 hektare ini, yaitu Curug Dago dan batu prasasti kerajaan Thailand, panggung terbuka, kolam PLTA Bengkok, monumen Ir. H. Djuanda dan pusat informasi (museum mini) tahura, taman bermain, Goa Jepang, Goa Belanda, Curug Lalay, Curug Omas Maribaya, Panorama Alam Hutan Raya, jogging track ke Maribaya, dan Patahan Lembang.


Tempat yang paling banyak dikunjungi oleh para wisatawan biasanya adalah Goa Jepang dan Goa Belanda, karena cukup dekat dijangkau dengan berjalan kaki. Goa Jepang berada sejauh ± 600 meter dari pintu masuk Dago Pakar. Goa buatan yang dibangun pada tahun 1942 ini cukup unik karena memiliki empat pintu yang saling terhubung di dalam kecuali pada pintu kedua yang dimaksudkan sebagai pintu pengecoh. Goa milik Jepang ini dulunya dibangun oleh orang-orang Indonesia yang menjadi romusha Jepang. Goa sepanjang ± 70 meter ke dalam ini difungsikan sebagai tempat perlindungan sekaligus pusat pertahanan Jepang di Bandung utara. Di dalamnya, terdapat empat buah kamar yang dulunya dipakai istirahat panglima tentara Jepang. Untuk menelusuri ke dalam Goa ini, anda biasanya akan diminta menyewa sebuah senter seharga tiga ribu rupiah dan anda juga akan dipandu oleh pemandu. Walaupun gelap, Goa Jepang tidak terkesan angker karena Goa ini cukup bersih dan ramai dimasuki pengunjung.

Setelah menjelajah Goa Jepang, empat ratus meter selanjutnya anada akan bertemu dengan Goa Belanda. Goa Belanda berukuran lebih luas dari pada Goa Jepang. Goa peninggalan Belanda yang dibangun pada 1941 ini dulu digunakan sebagai terowongan PLTA Bengkok. Kawasan Dago Pakar dianggap sangat menarik, karena selain kawasannya yang terlindung, tempat ini juga dekat dengan pusat Kota Bandung. Makanya, pada awal perang dunia II tahun 1941, Militer Hindia Belanda membangun stasiun radio telekomunikasi. Bangunan itu berupa jaringan goa di dalam perbukitan batu pasir tufaan. Saat perang memuncak, goa ini berfungsi sebagai pusat komunikasi rahasia tentara Belanda, sedangkan pada masa kemerdekaan dimanfaatkan sebagai gudang mesiu.

Goa Belanda

Lokasi selanjutnya, yakni Curug Lalay, Curug Omas, dan patahan Lembang, lokasinya cukup jauh sehingga dibutuhkan kendaraan untuk mencapainya. Jika anda penasaran, tetapi tidak punya kendaraan sendiri, anda bisa naik ojek dengan ongkos Rp 20.000 bisa ditawar. Curug Lalay dan Curug Omas Maribaya kedua-duanya mengalir di Sungai Cikapundung. Namun, jika anda ingin sedikit berkeringat dan menyukai tantangan, maka disini juga tersedia jogging track untuk anda hingga ke Maribaya.

Jangan lupa, jika anda ingin mengetahui lebih jauh dengan Tahura Ir. H. Djuanda, anda dapat mengunungi pusat informasinya. Disana, terdapat museum mini yang berisi sedikit kilasan sejarah Ir. H. Djuanda yang tergambar pada foto-fotonya dan beberapa peninggalan penghargaan dan medali milik beliau. Selain itu, juga terdapat profil flora dan fauna yang ada di Tahura. Di sebelah luar pusat informasi, kita akan diajak melihat patung Ir. H. Djuanda, sang Perdana Menteri pertama Republik Indonesia yang namanya diabadikan sebagai nama Taman Hutan Raya di kawasan Dago Pakar ini.

Monumen Ir. H. Djuanda

Museum

Selanjutnya, Tahura juga akan mengembangkan fasilitas berupa penginapan dan konsep family outbond. Jadi, jika suatu anda dan keluarga mencari tempat yang tenang untuk refreshing, Tahura dapat menjadi alternatif utama.

Aksesibilitas menuju tempat ini cukup mudah. Karena ukurannya yang luas, kawasan ini memeiliki beberapa akses masuk, yaitu pintu masuk utama di Dago Pakar, pintu masuk Kolam Pakar di PLN Ciburial, dan pintu masuk Maribaya di Lembang. Semua jenis kendaraan dapat mencapai pintu gerbang dengan kondisi jalan beraspal hotmix yang cukup baik. Tetapi, apabila anda memilih untuk naik kendaraan umum, maka pilihlah angkot yang menuju terminal Dago. Setelah berhenti di terminal Dago, anda bisa memilih untuk berjalan kaki sejauh ± 3 km atau naik ojek seharga Rp 5.000. Selanjutnya, anda akan dikenai ongkos masuk sebesar Rp 8.000 per kepala dan suasana hutan pinus yang sejuk akan menyambut anda!

3 komentar:

Anonim mengatakan...

waaah, seru nih di Taman Hutan Raya
bisa liat2 goa Jepang ma Belanda donk yang ada di sini...
boleh nih kapan2 main ke sini

Anonim mengatakan...

how to get there??

Yusuf Tyass Anggoro mengatakan...

ada penginapan ga ya sob tolong di balas ke posting .http://www.bloganggoro.co.cc/

Posting Komentar